Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat bunga, makin panjang umur pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang untuk modal kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang lebih besar daripada pinjaman jangka pendek. Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian sehingga pihak yang memberi pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang dipenuhi dengan pinjaman jangka panjang memiliki tingkat likuiditas tinggi, risiko kegagalan memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan menggunakan pinjaman jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang demikian disebut menganut kebijakan modal kerja yang konservatif.
Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus dihubungkan dengan harta. Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang lancar, harta tetap sebauiknya dibiayai dengan utang jangka panjang dan modal sendiri. Perusahaan yang mampu melaksanakan kegiatan bisnis dengan kebijakan modal kerja yang demikian melakukan kebijakan modal kerja yang agresif; risikonya besar karena semua kewajiban yang jatuh tempo harus dapat dipenuhi oleh tersedianya harta lancar. Perusahaan yang melakukan kebijakan model ini lebih banyak gagalnya, karena struktur harta lancar itu ada yang sulit dicairkan menjdai uang tunai yaitu persediaan, khususnya persediaan barang setengah jadi atau persediaan barang dalam proses. Perusahaan pada umumnya memiliki tiga jenis kebijakan modal kerja, yaitu:
1) Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya dengan utang jangka pendek
2) Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang jangka pendek dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang
3) Kebijakan yang konservatif, yaitu seluruh modal kerja dipenuhi dengan utang jangka panjang
Berikut ini disajikan dalam tabel 13.3 contoh ketiga kebijakan modal kerja dan dampaknya terhadap tigkat pengembalian modal sendiri (Retun on Equity atau ROE).
Tabel 12.3
Kebijakan Modal Kerja
Items Agresif Moderat Konservatif |
Harta lancar 150 200 300 Harta tetap 200 200 200 Total harta 350 400 500 Hutang jangka pendek, 12% 200 100 50 Hutang jangka panjang, 10% 0 100 200 Total utang 200 200 250 Modal sendiri 150 200 250 Total utang dan Modal 350 400 500 Rasio lancar 0,75:1 2:1 6:1 Bunga 24 22 26 12% x 200 (12% x 100) + (12% x 50) + (10% x 100) (10% x 200) Biaya tetap 200 270 385 Biaya variabel 0,7 sales 0,65 sales 0,60 sales Penjualan: Ekonomi kuat 1.200 1.200 1.200 Ekonomi normal 900 1.000 1.150 Ekonomi kritis 700 900 1.050 |
Keterangan: Pajak perseroan 40%
Tabel 12. 4
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kuat
Keterangan Agresif Moderat Konservatif |
Penjualan 1.200 1.200 1.200 Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) 840 780 720 Marjin kontribusi 360 420 480 Biaya tetap 200 270 385 Laba operasi (Earning Before Interest, Tax, EBIT) 160 150 95 Bunga 24 22 26 Laba sebelum pajak 136 128 69 Pajak perseroan 40% 54 51 28 Laba bersih (Earning After Tax, EAT) 82 77 41 ROI = EBIT / Total Assets 46% 38% 19% ROE = EAT / Equity 54% 38% 17% |
Tabel 12. 5
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Normal
Keterangan Agresif Moderat Konservatif |
Penjualan 900 1.000 1.150 Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) 630 650 690 Marjin kontribusi 270 350 460 Biaya tetap 200 270 385 Laba operasi (Earning Before Interest, Tax, EBIT) 70 80 75 Bunga 24 22 26 Laba sebelum pajak 46 58 49 Pajak perseroan 40% 18 23 20 Laba bersih (Earning After Tax, EAT) 28 35 29 ROI = EBIT / Total Assets 20% 20% 15% ROE = EAT / Equity 18% 17% 12% |
Tabel 13. 6
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kritis
Keterangan Agresif Moderat Konservatif |
Penjualan 700 800 1.050 Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) 490 520 630 Marjin kontribusi 210 280 420 Biaya tetap 200 270 385 Laba operasi (Earning Before Interest, Tax, EBIT) 10 10 35 Bunga 24 22 26 Laba sebelum pajak (14) (12) 9 Pajak perseroan 40% 6 5 4 Laba bersih (Earning After Tax, EAT) (8) (7) 5 ROI = EBIT / Total Assets 3% 3% 7% ROE = EAT / Equity (6%) (4%) 2% |
Keterangan:
1) Dalam kondisi ekonomi kritis, modal kerja harus dipenuhi dengan utang jangka panjang agar kegiatan bisnis lancar. Jika kebutuhan modal kerja dipenuhi dengan utang jangka pendek baik model agresif maupun model moderat, perusahaan akan kesulitan menjalankan kegiatan bisnisnya, sehingaa volume penjualan menurun.
2) Akibatnya, perusahaan menderita kerugian. Modal kerja mempunyai dampak langsung terhadap volume kegiatan bisnis atau volume produksi dan penjualan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja permanen, sulit untuk menjalankan bisnisnya dalam kondisi krisis ekonomi.
No comments:
Post a Comment