Wednesday, February 20, 2013

Pengertian Modal Kerja




Weston dan Copeland (1997:239) menjelaskan modal kerja ialah analisis saling hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Modal kerja juga disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif yang luas, manajemen keuangan jangka pendek merupakan upaya perusahaan untuk mengadakan penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka pendek; perusahaan harus memberi tanggapan yang cepat dan efektif. Bidang keputusan ini sangat penting karena sebagian besar waktu manajer keuanagn digunakan untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar.

Gifman (1994:643) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1981:245) menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek; kas, surat-surat berharga (efek), piutang,, persediaan. Petty, Keown, Scott, dan Martin (1993:532) menjelaskan bahwa secara tradisional modal kerja dapat didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam harta lancar.

Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yaitu; (1) menyesuaikna tingkat volume penjualan dan penjualan musiman; di mana silklus volume penjualan jangka pendek ini merupakan syarat untuk prospek jangka panjang yang menguntungkan, (2) membantu perusahaan memaksimumkan nilainya dengan cara menurunkan biaya modal dan menaikkan laba.

Modal keja sangat penting bagi perusahaan karena; (1) sebagian besar pekerjaan manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang memerlukan modal keja, (2) pada umumnya nilai harta lancar suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, hal ini perlu pengelolaan yang serius, (3) khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal, (4) perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal kerja (Brigham dan Weston, 1981:245-246).

Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan. Modal kerja dapat diklasifikasi menjadi empat pengertian, yaitu:
1)       Modal kerja kotor (gross working capital) adalah jumlah harta lancar perusahaan. Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena sebagian diperoleh dari utang jangka pendek, maka ia dapat dikatakan sebagai modal kerja tradisional atau modal kerja kuantitatif.
2)       Modal kerja bersih (net working capital) adalah harta lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk menggerakan kegiatan bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi rutin dan untuk membayar semua utang yang jatuh tempo. Ia dapat dikatakan sebagai modal kerja kualitatif.
3)       Modal kerja fungsioal yaitu fungsinya harta lancar dalam menghasilkan pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas persediaan, piutang sebesar harga pokok penjualan dan penyusunan.
4)       Modal kerja potensial yang terdiri dari efek (surat berharga yaitu saham dan obligasi yang mudah dipasarkan) dan besarnya keuntungan yang termasuk dalam jumlah piutang.

Keempat pengertian modal kerja tersebut dapat disajikan dari angka-angka neraca yaitu disajikan dalam tabel 13.1. Jumlah modal kerja dapat dihitung sebagai berikut:
1)       Modal kerja bruto (Gross Working Capital) atau Modal Kerja Kuantitatif sebesar jumlah harta lancar yaitu sebesar Rp 1.400.
2)       Modal kerja netto (Net Working Capital) atau Modal Kerja Kualitatif sebesar harta lancar dikurangi utang lancar yaitu Rp 1.400 – Rp 560 = Rp 840. Modal kerja ini lazim disebut Modal Kerja Permanen karena adanya dalam perusahaan lebih dari satu tahun atau secara permanen. Makin tinggi jumlah modal kerja permanen makin tinggi tingkat likuiditas perusahaan.
3)       Modal kerja fungsional (Functional Working Capital); kas + persediaan + (75% X piutang) + penyusutan aktiva tetap. Jumlah modal kerja fungsional = Rp 200 + Rp 840 + Rp 120 +Rp 500 = Rp 1.660. Unsur-unsur tersebut secar nyata berfungsi menggerakkan kegiatan perusahaan.
4)       Modal kerja potensial (Potensial Working Capital); keuntungan dari piutang + efek, (25% X Rp 160) + Rp 200 = Rp 240. Keuntungan atau laba dari piutang, di mana piutang asalmya dari penjualan merupakan kemampuan manajemen menggali sumber dana dari bisnis yang dapat digunakan untuk modal kerja dan perluasan usaha. Sedangkan efek atau surat berharga yang mudah dipasarkan (marketable security) merupakan kelebihan kas yang ditanam dalam surat-surat berharaga untuk tujuan mendapatkan keuntungan.









Tabel 12.1
Neraca PT Bola Dunia: 31 Desember 2004
(Perhitungan Dalam Rupiah)

Kas                                                200
Efek (Sekuritas)                            200
Piutang                                          160
Persediaan                                     840
Total harta lancar (a)              1.400
Tanah                                            100
Mesin                                            700
Penyusutan Mesin                      (100)
Gedung                                      1.000
Penyusutan Gedung                   (200)
Total harta tetap (b)               1.500
Intangible assets (c)                     100
Hutang Dagang
Hutang Wesel
Hutang Pajak
Hutang Biaya
Total hutang lancar (d)
Hutang Obligasi 5% (e)
Modal Saham
Agio Saham
Laba ditahan
Total modal sendiri (f)


300
100
160
60
560 
600 
1.200
200
440
1.840


Total harta (a+b+c)                3.000
Total klaim (d+e+f)
3.000

Tabel 12.2
Laba-Rugi PT Bola Dunia: 31 Desember 2004
(Prhitungan Dalam Rupiah)

Keterangan
(Rp)
Rasio                        
Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor atas penjualan
Biaya Pemasaran (penjualan)
Biaya administrasi
Laba opersai (EBIT)
Bunga obligasi 5% X 600
Laba sebelum pajak (EBT)
Pajak Perseroan 40% X 400
Laba bersih (EAT)
4.000
3.000
1.000
300
270
430
30
400
160
240
100,00%
75,00%
25,00%
7,50%
6,75%
10,75% 
0,75%
10,00%
4,00%    
6,00%

Keterangan:
1)       Laba kotor 25%, berarti besarnya harga pokok penjulan 75%, dan ini berarti bahwa nilai piutang secara fungsional sebesar 75% X Rp 160 = Rp 120.
2)       Besarnya penyusutan Rp 500 yang terkandung dalam harga pokok penjualan, biaya pemasaran dan biaya administrasi. Karena ketiga unsur tersebut masing-masing memiliki aktiva tetap yang disusut.

Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yakni:
1)       Menyesuaikan perubahan tingkat volume produksi dan penjualan; jumlah modal kerja sangat tergantung pada volume kegiatan bisnis, makin tinggi kegiatan bisnis, makin besar modal kerja dibutuhkan untuk membiayai kegitan tersebut.
2)       Membantu memaksimumkan nilai perusahaan, yaitu dengan cara memperkecil biaya modal untuk meningkatkan hasil (return). Makin besar modal kerja diperoleh dari pinjaman jangka pendek tanpa bunga, misalnya dari para pemasok, maka makin kecil dari sumber modal permanen, dan dengan demikian akan menurunkan biaya modal.

Hakikatnya, modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis, yaitu dari kas berputar ke biaya material, upah buruh, biaya overhead pabrik biaya pemasaran, biaya umum, persediaan, penjualan, piutang, dan akhirnya kembali ke kas. Perputaran tersebut harus cepat agar supaya dapat meningkatkan pendapatan atas penjualan dan laba.

No comments:

Post a Comment