Tuesday, February 19, 2013

Kandungan Informasi Atas Laba



Studi Kandungan Informasi Atas Laba
Laporan keuangan merupakan bahasa bisnis sebagai alat komunikasi oleh pihak internal yaitu manajemen dengan pihak eksternal seperti kreditor, investor dan pemerintah. Seluruh bagian laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas atau perubahan laba ditahan, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan perusahaan merupakan bagian penting dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak dirancang untuk mengukur nilai suatu perusahaan secara langsung tetapi informasi yang disediakan dimaksudkan untuk mengestimasi nilai perusahaan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.
Laporan keuangan juga merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan data-data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu peride tertentu. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggungjawabkan atas aktifitas perusahaan terhadap pemilik dan juga membebankan informasi mengenai posisi perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (Muhammad Yusuf dan Soraya, 2004). Laporan keuangan ini disusun oleh manajemen, sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan juga menunjukkan kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam mengevaluasi performance kinerja manajemen. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja tersebut adalah laba.
Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahan yang bertujuan selain untuk menilai kinerja manajemen, juga untuk membantu mengestimasi kemempuan laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, menaksir resiko dalam berinvestasi atau kredit, memprediksi arus kas masa depan serta memiliki pengaruh besar bagi penggunanya dalam pengambilan suatu keputusan. Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Finansial Accounting Consept (SFAC) nomor 1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang (Januar dan Sri, 2002).
Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif (FASB, 1980). Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004). Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen.                                                                                               

2.4.1  Konsep Laba
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi (Belkaoui,1993) Dalam SFAC no. 1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang disediakan dengan tujuan membantu menyediakan informasi untuk menilai kinerja manajemen, mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Pengertian laba secara konvensional adalah nilai maksimum yang dapat dibagi atau di konsumsi selama satu periode akuntansi dimana keadaan pada akhir periode masih sama seperti pada awal periode.
Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Laba terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasil-hasil non-operasional, atau keuntungan dan kerugian luar biasa, dimana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba biasa dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan kerugian luar biasa tidak demikian (Rahmat, 2006 : 9).
Ditinjau dari ruang lingkupnya terdapat 3 konsep laba sebagaimana dikemukakan FASB dalam SFAC nomor 5 (1984) yaitu: earning, net income dan comprehensive income. Earning merupakan laba selama satu periode akuntansi tanpa ada pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi. Perbedaan income dengan net income terletak pada perhitungan pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (Muqodim, 2005:113).
Menurut Suwardjono (2005:455) makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpa­jakan, income dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan. Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih meng­gambarkan apa yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut.
Muqodim (2005:111) menyatakan bahwa banyak literatur akuntansi sebagian penulis mengutip pendapat tentang tujuan penghitungan laba dan pengertian laba sebagaimana dikemukakan oleh ekonom John Hiks (1949) yang dapat dikemukakan bahwa laba pribadi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi selama periode (misalnya satu minggu atau satu bulan) dengan harapan keadaannya pada akhir periode tetap sama (as well off) seperti keadaan awal periode.
Setelah ekonom John Hick (1949) mengemukakan konsep laba, banyak literatur yang mengadaptasikan pengertian laba yang bersumber dari John Hick. Menurut FASB dalam SFAC nomor 6 menyatakan bahwa Comprehensive Income atau laba komprehensip adalah perubahan modal (aktiva bersih) perusahaan selama satu periode, dari transaksi, peristiwa lain dan keadaan dari sumber selain pemilik. Sedangkan Vemon Kam mengemukakan bahwa Income atau laba merupakan perubahan modal suatu kesatuan usaha di antara dua titik waktu tidak termasuk perubahan-perubahan akibat investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik, dimana modal dinyatakan dengan ukuran nilai dan didasarkan pada skala tertentu. Dalam KDPPLK-SAK  income diterjemahkan menjadi penghasilan yang didefinisikan sebagai berikut:  Penghasilan (income) adalah kenaikan menfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earningadalah laba yang diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu. Earning merupakan konsep yang paling sempit sedang comprehensive income merupakan konsep paling luas (Muqodim, 2005:110).

2.4.2    Kualitas Informasi Laba
M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba di masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory edisi kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:
a.   Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba (income measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan Aktiva.
b.     Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif)
Pada konsep ini incomeditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah Konsep Pemeliharaan Modal dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi.
c.      Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)
Pada tinmgkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.
Konsep incomeini paling tidak harus memberikan implikasi incomesebagai bahan pengambilan keputusan manajemen.
Secara ringkas, laba bersih (net income) disajikan untuk masing-masing kelompok penerima dengan menggunakan konsep-konsep sebagai berikut :
Tabel 2.1
Konsep Laba, Perhitungan dan Penerima Laba
Konsep Laba
Perhitungan Laba
Pihak Penerima Laba
Nilai Tambah
(Value Added)
Harga jual produksi dari jasa dikurangi harga pokok barang dan jasa yang dijual.
Pegawai, pemilik, kreditor dan pemerintah
Laba Bersih Perusahaan
(Enterprise Net Income)
Kelebihan hasil (revenue) dari biaya, seluruh pendapatan (gain) dan rugi. Biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil.
Pemegang saham, pemegang obligasi dan pemerintah.
Laba Bersih bagi investor
(Net Income to Investor)
Sama seperti enterprise net income tetapi setelah dikurangi pajak penghasilan.
Pemegang saham, pemegang obligai dan kreditor jangka panjang.
Laba bersih bagi pemegang saham residual
(Residual Equity Holders)
Laba bersih kepada pemegang saham dikurangi dividen saham preferen
Pemegang saham biasa (sekarang dan yang potensial) terkecuali prioritas pembayaran tidak terpenuhi.

2.4.3    Laba Akuntansi
Ada dua ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas. Ahmed Belkaoui (2000:332) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode historical cost (biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masing-masing diukur dengan biaya historis, sehingga hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya.
Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya (Muqodim, 2005:111). Suwardjono (2005:455) mendefinisian laba sebagai penda­patan dikurangi biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba tidak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akun­tansi sekarang ini adalah laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual.
SFAC No. 1 dalam Ataina (1999) menyatakan bahwa laporan laba rugi yang disusun berdasar basis akrual lebih akurat untuk menaksir prospek aliran kas dari pada laporan laba rugi yang disusun berdasar basis kas. Pengertian semacam ini akan memudahkan pengukuran dan pelaporan laba secara objektif. Perekayasa akuntansi mengharapkan bahwa laba semacam itu bermanfaat bagi para pemakai statemen keuangan khususnya investor dan kreditor. Pendefinisian laba seperti ini jelas akan lebih bermakna se­bagai pengukur kembalian atas investasi (return on investment) daripada sekadar perubahan kas.
Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba kotor , laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak (Muqodim, 2005:131). Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1 dalam Belkaoui (2000:332)  mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa untuk model-model keputusan dari investor dan kreditor.
Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai (Suwardjono, 2005: 456) :
a)      Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun  on inuested capital).
b)      Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.
c)      Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d)     Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
e)      Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public.
f)       Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g)      Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h)      Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i)        Dasar pembagian dividen.
            Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesung­guhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim (2005 : 114) adalah:
1)      Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan kepu­tusan ekonomi.
2)      Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.
3)      Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.
4)      Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.

No comments:

Post a Comment